Selasa, 19 Februari 2008

Bisnis 20-Feb-08: Pertamina Hanya Sanggup Minoritas di Natuna D-Alpha

Rabu, 20/02/2008

Pertamina hanya sanggup minoritas di Natuna D-Alpha

JAKARTA: PT Pertamina hanya sanggup menjadi pemegang saham minoritas di Blok Natuna D-Alpha, meski pemerintah sudah memastikan BUMN itu sebagai operator menggantikan ExxonMobil.

Dalam rangka mengelola blok itu, pemerintah juga akan membentuk sebuah tim tingkat menteri untuk pengembangan daerah perbatasan, selain menyangkut unsur teknis dan ekonomi megaproyek tersebut.

Dirut Pertamina Ari Hernanto Soemarno mengatakan BUMN itu mungkin menjadi pemegang saham minoritas. Hal ini mengingat tantangan terbesar dari megaproyek tersebut adalah pendanaan, yang mencapai US$52 miliar.

"Kita lihat saja di kegiatan upstream, bisa saja minoritas� menjadi operator," katanya kemarin.

Pertamina, menurut Ari, pasti membutuhkan mitra besar yang andal secara teknologi dan keuangan di blok yang diperkirakan menjadi proyek terbesar di dunia itu.

Dengan asistensi tim pemerintah, Pertamina akan mengevaluasi seluruh perusahaan peminat. Dalam evaluasi itu, kepentingan negara dan nilai tambah terbaik akan dijadikan sebagai acuan.

BUMN perminyakan itu juga mencari mitra untuk menggarap megaproyek tersebut. Sejumlah perusahaan besar seperti StatOil, Shell, Total, Petronas, PTT Thailand, ExxonMobil, dan beberapa perusahaan China sudah menyatakan minat mereka masuk ke blok itu.

"Pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada Pertamina untuk memilih mitra kerja yang dianggap paling layak," ujar Ari seusai mengikuti rapat terbatas mengenai Blok Natuna D-Alpha dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin.

Rapat itu dihadiri pula oleh Wapres Jusuf Kalla, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, dan Kepala BP Migas.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menjelaskan Presiden Yudhoyono juga meminta Pertamina mempersiapkan secara rinci rencana kerja, terutama menyangkut rencana pengelolaan Blok Natuna D- Alpha.

"Presiden menegaskan persiapan Pertamina penting. Jangan sampai dalam kesempatan yang cukup baik ini Pertamina tidak bisa melangkahkan kakinya dengan baik. Proses negosiasi dengan ExxonMobil yang buntu menjadi pertimbangan keluarnya keputusan Presiden," tegasnya.

Bentuk tim

Dalam rapat terbatas itu, Kepala Negara juga menginstruksikan pembentukan tim pemerintah pada tingkat menteri terkait dengan pengembangan daerah perbatasan.

"Persoalan pengelolaan Blok Natuna D-Alpha ini tidak hanya mencakup unsur teknis dan ekonomi, tapi juga terkait dengan pengembangan daerah perbatasan. Tim pemerintah itu akan bekerja pada tingkat yang lebih makro."

Menyangkut kesanggupannya menggarap megaproyek itu, Ari menjelaskan Pertamina akan membuat term of reference (TOR) sebagai acuan pemerintah guna mendapatkan gambaran persyaratan dan asistensi yang diperlukannya. Pertamina juga akan menyusun studi kelayakan proyek yang ditargetkan tuntas dalam tiga pekan.

Ari menilai megaproyek Natuna D-Alpha sangat layak dikembangkan. "Kalau tidak ekonomis, buat apa dikembangkan. Bila melihat minat ExxonMobil yang sangat besar, berarti proyek tersebut memang sangat ekonomis."

Proyek itu diperkirakan menelan dana� US$52 miliar. Hanya saja, tuturnya, mahalnya proyek itu bisa ditutup oleh tingkat harga gas yang cenderung meningkat.

Bila terealisasi, proyek itu akan menelan investasi terbanyak� di Indonesia. Bahkan fasilitas produksi yang dibangun akan menjadi yang terbesar di dunia.

"Ketika saya menangani proyek itu secara pribadi, 20 tahun lalu, mungkin diperlukan anjungan lepas pantai sebanyak lima hingga enam yang masing-masing besarnya sama dengan lapangan bola. Peralatannya juga banyak," ujar Ari. (ratna. ariyanti@bisnis.co.id/ irsad.sati@bisnis.co.id/rudi.ariffianto@bisnis.co.id)

Oleh Ratna Ariyanti, Irsad Sati & Rudi Ariffianto
Bisnis Indonesia

bisnis.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda