Jumat, 08 Februari 2008

Kompas 8-Feb-08: (Pengelolaan Blok Natuna D Alpha) Diserahkan ke Pertamina

Diserahkan ke Pertamina

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images
Pekerja menyusun drum stok pelumas yang baru tiba di Depo Plumpang, Jakarta Utara, Senin (4/2). Pertamina saat ini menguasai 54 persen pasar pelumas di segmen ritel dan 58 persen di segmen industri.
Jumat, 8 Februari 2008 | 02:43 WIB

Pekanbaru, Kompas - Pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Natuna D Alpha kepada Pertamina. Namun, BUMN tersebut tetap dibolehkan menggandeng mitra. Pertamina membutuhkan mitra yang memiliki teknologi tinggi dan modal yang kuat untuk mengelola Blok Natuna.

Keputusan pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Natuna D Alpha kepada Pertamina itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla seusai mengunjungi Lapangan Duri milik Chevron Pacific Indonesia di Pekanbaru, Riau, Kamis (7/2).

”Sesuai dengan undang-undang, pilihan pertama pada Pertamina. Namun, Pertamina tetap boleh menggandeng partner lain,” ujar Kalla.

Ia menegaskan, negosiasi antara pemerintah dan ExxonMobil dihentikan karena tak mencapai hasil. Alasannya, belum ada persetujuan tentang kondisi-kondisi yang ada di Indonesia. ”Kita harus jelas. Maka, langkah yang diambil harus menguntungkan Indonesia,” tegas Kalla.

PT Pertamina menyatakan siap mengelola Blok Natuna D Alpha setelah pemerintah menyerahkannya kepada badan usaha milik negara (BUMN) tersebut.

Menurut Direktur Utama PT Pertamina Ari H Sumarno, Pertamina tetap perlu mencari mitra yang memiliki kemampuan teknologi dan permodalan untuk mengelola Blok Natuna.

Ari menyatakan, pemerintah sudah menyampaikan keputusan itu secara informal. ” Namun kami belum menerima surat tertulisnya,” katanya.

Menanggapi hal itu, Wapres menyatakan, surat resmi dari pemerintah sedang disusun dan akan segera diberikan. ”Beres,” ujarnya sambil tertawa. Wapres selama tiga hari melakukan kunjungan kerja ke Dumai, Natuna, Bintan, dan Batam.

Perbaikan kontrak

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas Kardaya Warnika menyatakan, negosiasi antara pemerintah dan ExxonMobil sebagai operator Blok Natuna D Alpha dihentikan.

Negosiasi atas perbaikan isi kontrak sudah berjalan setahun. Perbaikan terutama untuk porsi bagi hasil, yaitu 100 untuk ExxonMobil dan nol untuk pemerintah.

Tahun 2006, pemerintah menyatakan kontrak ExxonMobil di Natuna D Alpha berakhir setelah selama 21 tahun tak juga berproduksi. ExxonMobil memperoleh kontrak di Natuna tahun 1984 melalui Mobil Oil. Porsi kepemilikan naik dari 50 persen menjadi 76 persen setelah Pertamina menjual sebagian kepemilikannya ke ExxonMobil.

Raksasa migas asal AS itu semula bersikukuh telah memenuhi syarat perpanjangan kontrak. ExxonMobil bersedia berunding pasca-kunjungan Wapres Jusuf Kalla ke AS, September 2006.

Pemerintah meminta porsi bagi hasil diperbaiki menjadi minimal 65 untuk pemerintah dan 35 untuk kontraktor. Selain itu, porsi kepemilikan nasional melalui Pertamina diperbesar.

Secara terpisah, Direktur Pembinaan Hulu Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral R Priyono mengatakan, pemerintah akan menerapkan aturan baru dalam cost recovery lapangan migas.

”Biaya pengembangan lapangan yang belum berproduksi di satu blok tidak diperkenankan dimasukkan ke lapangan yang sudah berproduksi di blok yang sama,” ujar Priyono.

Dengan aturan itu, biaya pengembangan di lapangan yang tidak berproduksi tak akan membebani negara, seperti yang terjadi di Blok Brantas yang dikelola Lapindo Brantas.

Selama kunjungan dengan fokus pengembangan kawasan industri dan peningkatan kapasitas energi, Direktur PT Pertamina Ari Soemarno terus mendampingi Wapres. Ikut dalam rombongan Wapres antara lain Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menneg BUMN Sofyan A Djalil, Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal, dan Gubernur Lemhannas Muladi.

Di Dumai, selain meninjau Kawasan Industri Dumai yang sedang dikembangkan dan PT Pelabuhan Indonesia I Dumai, Wapres secara mendadak meninjau Pertamina Unit Produksi (UP) II Dumai. Karena dilakukan mendadak, rombongan kendaraan Wapres tertahan sekitar lima menit sebelum akhirnya diperbolehkan masuk meninjau.

”Kita ingin melihat bagaimana keadaan Pertamina di situ. Jangan lupa, ekonomi kita sangat bergantung pada berapa besar produksi minyak,” ujarnya.

Wapres meminta agar Pertamina terus menambah kapasitas produksinya pada waktu-waktu mendatang. (DOT/INU)

http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.kompascetak.xml.2008.02.08.02430788&channel=2&mn=3&idx=3



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda