Kamis, 17 Juli 2008

Kopi Ateng Menjadi Harapan Warga di Danau Toba - Kompas 17-Jul-08

Kopi Ateng Menjadi Harapan Warga di Danau Toba
KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT / Kompas Images
Saur Mawati Damanik (53), warga Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Perdamean, Kabupaten Simalungun, menjemur biji kopi yang sudah dikupas, Rabu (16/7). Kopi yang dikenal dengan kopi ateng ini membawa harapan baru. Mereka bisa menikmati hasil panen kopi itu untuk membayar utang mereka karena impitan ekonomi. Karena itu, kopi ini juga dikenal dengan kopi sigalar utang atau kopi untuk membayar utang.

Kamis, 17 Juli 2008 | 03:00 WIB

Simalungun, Kompas - Kopi lintong atau dikenal dengan kopi ateng menjadi terkenal di kawasan Danau Toba. Warga banyak berharap pada kopi ini untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kini kopi itu mempunyai julukan baru sebagai kopi ”sigalar utang” atau kopi untuk membayar utang.

”Belakangan ini saya baru menanam kopi ateng dan hasilnya bagus. Saya sebelumnya menanam tomat dan bawang, tetapi hasilnya jelek,” tutur Saur Mawati Damanik (53), Rabu (16/7), saat ditemui di rumahnya di Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Perdamean, Kabupaten Simalungun.

Tanaman kopi milik Saur kini sedang berbuah. Saat berbuah kini dia bisa memetik hasilnya dua minggu sekali selama tiga sampai lima bulan. Dia tidak susah mencari pasar kopinya karena pembeli datang sendiri ke rumahnya.

”Untuk satu tumbak (dua liter) biji kopi yang sudah dijemur, saya bisa jual Rp 13.000 sampai Rp 14.000,” katanya.

Saur lebih menyukai menanam kopi daripada tomat atau bawang. Tanaman bawang miliknya terkena penyakit yang membuat hasilnya sedikit. Menanam kopi, menurut dia, jauh lebih praktis daripada menanam tomat atau bawang. ”Saya hanya perlu memerhatikan pupuk dan membersihkan ilalang di sekitar tanaman,” katanya.

Saur berkeinginan menambah lahan kopinya yang kini seluas empat rante atau setara dengan 1.600 meter persegi. Warga sekitar juga banyak yang menanam kopi ateng. Selain di desanya, daerah Sipitu-pitu, Kabupaten Simalungun, dekat Desa Tigaras, juga dikenal sebagai penghasil kopi.

Hal yang sama diakui oleh Siti Damanik. Rezeki dari tanaman kopi ateng dapat dia rasakan dari orangtuanya. Orangtuanya kini lebih banyak menggantungkan hasil kopi ateng daripada tambak ikan di Danau Toba. Tambak ikan di sekitar tempatnya tidak berhasil lantaran pada 2004 dilanda virus mematikan.

”Kopi ateng ini banyak membantu ekonomi keluarga kami,” katanya. (NDY)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda